loader

Please Wait ...

Meyrza Ashrie Tristyana
| Sabtu, 14 Mar 2020

Respon Kampus Merdeka, Putra Nababan Ajak Dialog Rektor

Konteks Kampus Merdeka hanya bisa terwujud dari orang yang lama di dunia profesional.
Respon Kampus Merdeka, Putra Nababan Ajak Dialog Rektor

Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan menggunakan masa resesnya untuk menemui stakeholder pendidikan di Dapil Jakarta Timur. 

Dikatakan Putra, jika sebelumnya ia sudah berkunjung ke SD, SMP dan SMA-SMK, dalam kesempatan itu ia juga menemui pihak kampus.

“Aspirasi dari kalangan perguruan tinggi ini akan menjadi bahan saya untuk dibawa dalam rapat-rapat di Bulan April nanti bersama Mas Menteri Nadiem Makarim," ungkap Putra dalam kunjungan resesnya berdialog bersama sejumlah Rektor dan perwakilan Pimpinan Kampus Jakarta Timur, di Kampus IBM ASMI, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (13/3) sore.

Putra mengaku sudah menangkap dan mencatat, juga memfoto aspirasi-aspirasi dari SD, SMP, SMA dan SMK. "Yang saya datangi memang banyak yang tidak mudah (kondisinya-red)," ungkapnya.

Sebagai Wakil Rakyat Putra ingin memberikan kontribusi pemikiran untuk dunia pendidikan di Jakarta Timur.

"Karena itu saya ingin bertemu terutama mendengarkan pandangan bapak-ibu sekalian tentang kondisi dari mahasiswa, kampus dan program populis yang diluncurkan Menteri Nadiem sebelum Reses yakni Kampus Merdeka,” papar Putra.

Lebih lanjut dipaparkan Putra, Presiden Jokowi telah melakukan lompatan di dunia pendidikan dengan memilih pemilik Gojek Nadiem Makarim sebagai Menteri pendidikan.

"Dari zaman Bung Karno hingga periode pertama pak Jokowi, belum ada Mendikbud dari kalangan profesional. Kalau gak salah semuanya dari kalangan akademisi . Jangan-jangan dan saya berharap benang kusut pendidikan kita harus dibenahi dari kalangan profesional. Kita lihat saja," urai mantan pemimpin redaksi tv berita ini.

Konteks Kampus Merdeka, sambung Putra, memang hanya bisa terwujud dari orang yang lama di dunia profesional atau dasi sisi demand side. 

"Kalau bapak ibu kan akademisi, dari supply side. Pengalaman saya 25 tahun di media yang sudah belasan kali melakukan rekrutmen wartawan baru, biasanya saya mengutamakan aspek soft skill. IPK 3,5 bagi saya hanya sampai di HRD saja. Keluar dari HRD tidak laku nilai IPK. Yang penting etos, mau mendengar masukan, menerima pendapat, tidak kepala batu, karena perkembangan dunia profesional ini berputar sangat cepat. Tidak statis ," imbuh Putra.

Lebih lanjut kata Putra, Kampus Merdeka itu terwujud karena dirasa sangat kurangnya link and match, antara apa yang diajarkan dengan dunia pekerjaan.

"Saya juga ingin kita di Jakarta Timur berpartisipasi aktif dalam mempersiapkan siswa kita ke depan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, perwakilan kampus yang hadir menyampaikan berbagai keluh kesah dan aspirasi kondisi mahasiswa dan kampusnya. Beberapa aspirasi yang disampaikan adalah masalah akreditasi dari BAN PT yang dirasa ada ketidakadilan bagi kampus baru. Selain itu soal kewajiban bagi peneliti perguruan tinggi mempublikasikan penelitiannya di jurnal internasional terindeks Scopus yang sering menjadi beban dengan biaya yang cukup besar.

Kata salah seorang dosen yang hadir, scopus mengharuskan peneliti untuk membayar sekian ratus Dollar agar terdaftar di jurnal internasional. Aspirasi lainnya masalah kuota beasiswa bagi kampus swasta yang sangat minim. Selama ini beasiswa sering dialokasikan ke kampus negeri.

QUOTE
quote
quote
quote
quote
quote